Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Cara Menyususun Instrumen Penelitian

INSTRUMEN PENELITIAN
Pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran, maka harus ada alat ukur yang baik. Alat ukur dalam penelitian biasanya dinamakan instrumen penelitian. Jadi instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena sosial yang diamati.

Menurut Arikunto (2005:101), instrumen penelitian adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya, kemudian jenis instrumen penelitian sendiri yaitu angket, ceklist atau daftar centang, pedoman wawancara, dan pedoman pengamatan.

MENYUSUN INSTRUMEN PENELITIAN
Instrumen-instrumen penelitian yang sudah baku dalam bidang sosial sulit ditemukan. Oleh sebab itu maka seorang peneliti harus memiliki kemampuan untuk membuat instrumen yang akan digunakan untuk penelitian.

Menurut Hadi (1991:7), ada beberapa langkah yang harus ditempuh dalam menyusun instrumen penelitian, langkah-langkah tersebut antara lain yaitu:


a. Mendefinisikan konstrak
Mendefinisikan konstrak yaitu suatu tahapan yang bertujuan untuk memberikan batasan arti dari konstrak yang akan diteliti, dengan demikian nantinya tidak terjadi penyimpangan terhadap tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian.

b. Menyidik faktor
Menyidik faktor adalah suatu tahap yang bertujuan untuk menandai faktor-faktor yang disangka dan kemudian diyakini menjadi komponen dari konstrak yang akan diteliti.

c. Menyusun butir-butir pertanyaan
Menyusun butir pertanyaan berdasarkan faktor yang menyusun konstrak. Butir pertanyaan harus merupakan penjabaran dari isi faktor berdasarkan faktor-faktor tersebut kemudian disusun butir-butir soal yang dapat memberikan gambaran tentang faktor tersebut.

KUESIONER (ANGKET)
Menurut Maksum (2012:130), angket adalah serangkaian pertanyaan yang digunakan untuk mengungkap informasi, baik menyangkut fakta atau pendapat.
Menurut Umar (2011:49), angket merupakan suatu pengumpulan data dengan memberikan atau menyebarkan daftar pertanyaan/pernyataan kepada responden dengan harapan memberikan respon atas daftar pertanyaan tersebut.

Menurut Riduwan (2007:27), angket tertutup adalah angket yang disajikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga responden diminta untuk memilih satu jawaban yang sesuai dengan karakteristik dirinya dengan cara memberikan tanda silang (X) atau tanda checlist.
 
Menurut Nasution (2000:128), angket adalah daftar pertanyaan yang didistribusikan melalui pos untuk diisi dan dikembalikan atau dapat juga dijawab di bawah pengawasan peneliti.
Menurut Arikunto (2013:194), kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui.

Kuesioner dipakai untuk menyebut metode maupun instrumen. Jadi dalam menggunakan metode angket atau kuesioner instrumen yang dipakai adalah angket atau kuesioner.

Menurut Arikunto (2013:195-196), keuntungan menggunakan kuesioner adalah sebagai berikut:
Keuntungan Kuesioner
  1. Tidak memerlukan hadirnya peneliti.
  2. Dapat dibagikan secara serentak kepada banyak responden.
  3. Dapat dijawab oleh responden menurut kecepatannya masing-masing dan menurut waktu senggang responden.
  4. Dapat dibuat anonim sehingga responden bebas, jujur dan tidak malu-malu menjawab.
  5. Dapat dibuat terstandar sehingga bagi semua responden dapat diberi pertanyaan yang benar-benar sama.

SKALA LIKERT
Menurut Sugiyono (2010:134), skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial.
 
Pada tabel satu dibawah, merupakan contoh kuesioner (angket) model skala Likert lima skala menggunakan indikator kompetensi pegawai.
 
Tabel 1
Skala Likert

Keterangan:
STS : Sangat Tidak Setuju    (1)
TS   : Tidak Setuju                (2)
N     : Netral                          (3)
S      : Setuju                          (4)
SS    : Sangat Setuju              (5)


MODIFIKASI SKALA LIKERT EMPAT SKALA
Menurut Hadi (1991:19), modifikasi terhadap skala Likert dimaksudkan untuk menghilangkan kelemahan yang terkandung oleh skala lima tingkat, dengan alasan yang dikemukakan seperti dibawah ini:

Modifikasi skala Likert meniadakan kategori jawaban yang ditengah berdasarkan tiga alasan:
  1. Ketegori Undeciden itu mempunyai arti ganda, bisa diartikan belum dapat memutuskan atau memberi jawaban (menurut konsep aslinya), bisa juga diartikan netral, setuju tidak, tidak setuju pun tidak, atau bahkan ragu-ragu. Kategori jawaban ganda arti (multi interpretable) ini tentu saja tidak diharapkan dalam suatu instrumen.
  2. Tersedianya jawaban yang ditengah itu menimbulkan jawaban ke tengah (central tendency effect), terutama bagi mereka yang ragu-ragu atas arah kecenderungan pendapat responden, ke arah setuju atau ke arah tidak setuju. Jika disediakan kategori jawaban itu akan menghilangkan banyak data penelitian sehingga mengurangi banyaknya informasi yang dapat dijaring para responden.
Pada tabel tiga dibawah, merupakan contoh kuesioner (angket) model modifikasi skala Likert empat skala penilaian dengan menggunakan indikator kompetensi pegawai.

Tabel 3
Modifikasi Skala Likert 

Keterangan:
STS    : Sangat Tidak Setuju (1)
TS      : Tidak Setuju (2)
S        : Setuju (3)
SS      : Sangat Setuju (4)

 

Perbedaan Skala Likert Lima Skala dengan Modifikasi Skala Likert  Empat Skala
Penggunaan instrumen kuesioner yang menggunakan skala Likert dengan lima skala banyak digunakan dalam penelitian. Kelebihan instrumen kuesioner yang menggunakan skala Likert dengan lima skala adalah kuesioner tersebut mampu mengakomodir jawaban responden yang bersifat netral atau ragu-ragu. Hal ini yang tidak terdapat dalam skala Likert dengan empat skala dimana jawaban yang bersifat netral atau ragu-ragu dihilangkan dalam kuesioner.

Kelemahan instrumen kuesioner skala Likert dengan lima skala adalah data penelitian menjadi banyak yang hilang, sebagaimana dikemukakan oleh Hadi (1999:19), ketegori jawaban Undeciden mempunyai arti ganda, bisa diartikan belum dapat memutuskan atau memberi jawaban. 


Kemudian tersedianya jawaban yang ditengah itu dapat menimbulkan (central tendency effect), terutama bagi mereka yang ragu-ragu atas arah kecenderungan pendapat responden, ke arah setuju atau ke arah tidak setuju. Jika disediakan kategori jawaban itu maka akan menghilangkan banyak data penelitian sehingga mengurangi banyaknya informasi yang dapat dijaring dari para responden.
 
Namun walaupun instrumen kuesioner yang menggunakan skala Likert dengan lima skala mempunyai kelemahan, bukan berarti kuesioner tersebut tidak dapat digunakan sebagai instrumen penelitian. Instrumen kuesioner yang menggunakan skala Likert dengan lima skala masih dapat digunakan oleh peneliti disesuaikan berdasarkan kebutuhan penelitian.
 
Kemudian penggunaan instrumen kuesioner skala Likert dengan empat skala banyak juga digunakan dalam penelitian. Penggunaan instrumen kuesioner yang menggunakan skala Likert dengan empat skala memiliki kelebihan dapat menjaring data penelitian lebih akurat dikarenakan kategori jawaban Undeciden yang mempunyai arti ganda, atau bisa diartikan responden belum dapat memutuskan atau memberi jawaban, tidak digunakan di dalam kuesioner dikarenakan dapat menimbulkan (central tendency effect) yang dapat menghilangkan banyak data penelitian sehingga mengurangi banyaknya informasi yang dapat dijaring dari para responden.
 
Sedangkan kelemahan instrumen kuesioner skala Likert dengan empat skala adalah responden tidak memiliki alternatif jawaban berupa netral atau ragu-ragu. Bagi peneliti pilihan menggunakan instrumen kuesioner lima skala atau empat skala disesuaikan berdasarkan kebutuhan penelitian.