Kriteria Instrumen Penelitian Kualitatif Yang Baik

Table of Contents

Kriteria Instrumen Penelitian Kualitatif Yang Baik: Alat ukur atau instrumen kualitatif yang baik harus memenuhi dua syarat yaitu kredibilitas dan relibilitas. Suatu alat ukur yang tidak reliabel atau tidak valid akan menghasilakn kesimpulan yang bias, kurang sesuai dengan yang seharusnya, dan akam memberikan informasi yang keliru mengenai keadaan subjek atau individu yang dikenal tes itu.

1. Kredibilitas

Suatu penelitian kualitatif dinyatakan kredibel jika ia menjelaskan uraian yang benar atau tafsiran tentang pengalaman manusia dengan benar, di mana orang lain yang mengalami pengalaman yang sama akan mempunyai tafsiran yang sama. Suatu penelitian kualitatif itu kredibel jika orang lain setuju bahwa mereka akan mempunyai pengalaman tersebut walaupun mereka hanya membaca laporan penelitian. Bagi meningkatkan validitas dalam penelitian kualitatif, pengkaji harus menguraikan informasi yang dikumpulkan secara objektif tanpa pengaruh perasaan dirinya (M. Mustari & M.T Rahman , 2012).

Menurut (Suryabrata, 2008) mengemukakan bahwa validitas instrumen didefinisikan sebagai sejauh mana instrumen itu merekam/mengukur apa yang dimaksudkan untuk direkam/diukur. Sedangkan reliabilitas instrumen merujuk kepada konsistensi hasil perekaman data (pengukuran) kalau instrumen itu digunakan oleh orang atau kelompok orang yang sama dalam waktu berlainan, atau kalau instrumen itu digunakan oleh orang atau kelompok orang yang berbeda dalam waktu yang sama atau dalam waktu yang berlainan. Sedangkan menurut (Ibnu Hadjar, 1996) , kualitas instrumen ditentukan oleh dua kriteria utama: validitas dan reliabilitas. Validitas suatu instrumen menurutnya menunjukkan seberapa jauh ia dapat mengukur apa yang hendak diukur. Sedangkan reliabilitas menunjukkan tingkat konsistensi dan akurasi hasil pengukuran.

Menurut (M. Mustari & M.T Rahman , 2012) kredibilitas penelitian kualitatif secara langsung ataupun tidak dipengaruh oleh pengaruh-pengaruh berikut :

  • Lokasi. Kajian mungkin di tempat-tempat yang berbeda. Jika ia dilakukan di suatu lokasi di mana faktor-faktor yang dikaji tidak ada, interpretasi hasil kajian menjadi kurang kredibel karena orang-orang yang berada di lokasi lain tidak dapat memahami dan kurang setuju atas interpretasi peneliti.
  • Fokus. Keadaan ini terjadi apabila pengkaji hanya fokus dan melaporkan hal atau tingkah laku yang konsisten dan mempunyai corak tertentu saja. Pengkaji seharusnya juga melaporkan atau memfokuskan kajiannya atas hal-hal yang tidak konsisten, jika ia memberi makna dan implikasi tertentu. Kajian yang hanya melaporkan hal-hal yang konsisten saja mungkin akan dipertanyakan kredibilitasnya.
  • Elit. Bagi kajian yang melibatkan kelompok-kelompok elit tertentu, informasi yang dikumpulkan mungkin akan dipengaruhi oleh argumenargumen kelompok elit yang berkuasa. Bias dalam laporan akan terjadi dan ini akan mengurangi kredibilitas kajian.
  • Situasi. Pengkaji yang melakukan kajian pada suatu situasi tertentu mungkin akan terpengaruh dengan situasi pengkaji sendiri. Perasaan dan pengalaman pengkaji akan mempengaruhinya untuk membuat laporan yang kurang tepat jika kajian dilakukan dalam beberapa situasi yang berbeda.
  • Konsep. Pemahaman mengenai konsep-konsep yang dikaji mungkin berbeda antara pengkaji dengan subjek yang dikaji. Apakah yang disebut oleh subjek kajian dalam wawancara mungkin diuraikan sebagai konsep yang berlainan oleh pengkaji karena pemahaman pengkaji dan subjek yang dikaji tentang suatu konsep itu berbeda.

Beberapa aktivitas yang dapat dilakukan peneliti untuk memperoleh tingkat kredibilitas yang tinggi antara lain dengan keterlibatan peneliti dalam kehidupan pasrtisipan dalam waktu yang lama dan berupaya melakukan konfirmasi dan klarifikasi data yang diperoleh dengan para partisipan;member checks (kembali mendatangi partisipan setelah analisis data) atau melakukan diskusi panel dengan para ekspertis/ahli untuk melakukan reanalysis data yang telah diperoleh (peer checking). Aktivitas lainnya yaitu melkaukan observasi secara mendalam juga perlu dilakukan sehingga peneliti dapat memotret sebaik mungkin fenomena sosial yang diteliti seperti adanya (Afiyanti, 2008).

Validitas data dapat diusahakan melalui informant review. Sebelum data disajikan, didiskusikan terlebih dahulu dengan informant sebagai sumber datanya. Dengan demikian terjadi kesepahaman antara peneliti sebagai instrumen penganalisis data dan informantsebagai sumber datanya, sehingga unit-unit laporan yang disusun telah disetujui informant. Hal itu menunjukkan bahwa data yang ditemukan tidak diragukan keabsahannya, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai dasar pijakan dalam menarik simpulan penelitian (F Nugrahani & M Hum, 2014).

2. Transferabilitas

Transferabilitas merupakan istilah dapat menggantikan konsep generalisasi data dalam penelitian kuantitatif, yaitu sejauh mana temuan suatu penelitian yang dilakukan pada suatu kelompok tertentu dapat diaplikasikan pada kelompok lain (Graneheim, U. & Lundman, B, dalam Afiyanti, 2008). Dalam penelitian kuantitatif, istilah transferabilitas merupakan modifikasi atau mendekati istilah yang sama dengan validitas eksternal yang pada kenyataannya, hal ini sulit dicapai. Generalisasi hanya dapat dicapai bila obyek studi dapat dilepaskan sepenuhnya dari pengaruh konteks penelitian, suatu hal yang nyaris mustahil dilakukan dalam penelitian kualitatif (Patton 1990 dalam Afiyanti, 2008)

Transferabilitas penelitian kualitatif tidak dapat dinilai sendiri oleh penelitiannya melainkan oleh para pembaca hasil penelitian tersebut. Jika pembaca memperoleh gambaran dan pemahaman jelas tentang laporan penelitian (konteks dan fokus penelitian), hasil penelitian itu dapat dikatakan memiliki transferabilitas tinggi (Morse, Barret, Mayan, Olson, & Spiers, 2002 dalam Bungin, 2003). Istilah keterwakilan (representasi) dan generalisasi didekati secara berbeda dalam penelitian kualitatif dan perlu diperhatikan dalam pengambilan sampel untuk memungkinkan diterapkannya hasil penelitian kualitatif pada kelompok lain.

Pengambilan sampel pada penelitian kualitatif tidak didasarkan pada teori probabilitas seperti halnya yang dilakukan pada penelitian kuantitatif. Prosedur pengambilan sampel pada penelitian kualitatif dilakukan secara teoritis (theoritical sampling) atau dilakukan secara sengaja (purposive sampling). Untuk itu, penelitian kualitatif perlu memberi penelitian pada saat melakukan seleksi pengambilan sampel.

3. Dependabilitas

Istilah reliabilitas dalam penelitian kualitatif dikenal dengan istilah dependabilitas. Dalam kuantitatif, reliabilitas adalah derajat ketepatan, ketelitian atau keakuratan yang ditunjukakan oleh instrumen pengukuran. Pengujiannya dapat dilakukan secara internal, yaitu pengujian dengan menganalisis konsistensi butir-butir yang ada. Satu lagi secara eksternal, yaitu dengan melakukan test-retest (Umar, 2005) . Reliabilitas merupakan penerjemahan dari kata reliability yang mempunyai asal kata rely yang artinya percaya dan reliabel yang artinya dapat dipercaya. Keterpercyaan berhubungan dengan ketepatan dan konsistensi. Tes hasi belajar dikatakan dapat dipercaya apabila memberikan hasil pengukuran hasil belajar yang relatif tetap secara konsisten (Sandu Siyoto & M. Ali Sodik, 2015).

Reliabilitas data penting diusahakan untuk mrminimalkan kekhilafan (error) dan penyimpangan (bias) dalam penelitian. Realibilitas data dalam penelitian kualitatif juga dapat diusahakan dengan membuat seoperasional mungkin langkah-langkah dalam penelitian (F Nugrahani & M Hum, 2014), diantaranya yaitu:

  • Data Base. Penyusunan Data base merupakan salah satu langkah penelitian dengan melakukan penyusunan bukti-bukti penelitian dalam segala bentuknya, meliputi hasil rekaman video, kaset, transkrip wawancara, foto, skema, gambar, sketsa, deskripsi, dan lain-lainya untuk disimpan dalam kurun waktu tertentu agar sewaktu-waktu dapat ditelusuri kembali bila diperlukan untuk verifikasi. Data base perlu disusun dan disimpan dengan baik oleh peneliti, sebab kejelasan kaitan bukti penelitian yang tersimpan akan memudahkan penulusuran kembali untuk melihat ada tidaknya bias dalam penelitian yang telah dilakukan.
  • Uraian Rinci (Thick Description). Untuk mengantisipasi adanya bias dalam penelitian, yang terpenting adalah kesadarand aripeneliti untuk selalu berusaha dalam mengurangi adanya pemicu yang memungkinkan timbulnya bias. Apabila bias dalam penelitian tetap terjadi, tugas peneliti adalah menekan atau menguranginya bias, dengan memanfaatkan beragam cara dalam memperoleh keabsahan dan keajegan data seperti yang telah diuraikan sebelumnya.

Tingkat dependabilitas yang tinggi pada penelitian kualitatif dapat diperoleh dengan melakukan suatu analisis data yang terstruktur dan berupaya untuk menginterpretasikan hasil penelitian dengan baik sehingga peneliti lain akan dapat membuat kesimpulan yang sama dalam menggunakan perspektif, data mentah, dan dokumen analisis penelitian yang sedang dilakukan (H.J Streubert & D.R. Carpenter, 2003).

4. Konfirmabilitas

Objektivitas/konfirmabilitas dalam penelitian kualitatif lebih diartikan sebagai konsep intersubjectibitas atau konsep transparansi, yaitu kesediaan peneliti mengungkapkan secara terbuka tentang proses dan elemen-elemen penelitiannya sehingga memungkinkan pihak lain/peneliti lain melakukan penelitian tentang hasil-hasil temuannya.Beberapa peneliti kualitatif lebih mengarahkan kriteria konfirmabilitas mereka dalam kerangka kebersamaan pandangan dan pendapat terhadap topik yang diteliti atau meneitikberatkan pada pertanyaan sejauh mana dapat di peroleh persetujuan diantara beberapa peneliti mengenai aspek yang sedang dipelajari (T. Long & M. Johnson, 2000).

Streubert dan Carpenter dalam (Afiyanti, 2008) menjelaskan bahwa konfirmabilitas merupakan suatu proses kriteria pemeriksaan, yaitu cara/ langkah peneliti melakukan konfirmasi hasil-hasil temuannya. Pada umumnya cara yang banyak dilakukan peneliti kualitatif untuk melakukan konfirmasi hasil temuannya penelitiannya adalah dengan merefleksikan hasil-hasil temuannya pada jurnal terkait. Peer review, konsultasi dengan peneliti ahli, atau melakukan konfirmasi data/ informasi dengan cara mempresentasikan hasil penelitiannya pada suatu konferensi untuk memperoleh berbagai masukan untuk kesempurnaan hasil temuannya