Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Merumuskan Anggapan Dasar dan Melakukan Kajian Literatur

Anggapan dasar adalah suatu kejadian dengan situasi yang dianggap benar, sehingga kebenarannya tidak diragukan. Asumsi tidak memerlukan pengujian atau pembuktian, mengingat asumsi dapat diterjemahkan sebagai “dugaan” atau “perkiraan” peneliti. Perlu untuk diperhatikan bagi peneliti bahwa asumsi dasar harus didasarkan atas kebenaran yang diyakini ileh oleh peneliti.


Fungsi asumsi

  1. Agar ada dasar berpijak yang kukuh bagi masalah yang sedang diteliti.
  2. Untuk mempertegas variabel yang menjadi pusat perhatian.
  3. Sebagai dasar menentukan dan merumuskan hipotesis.

Asusmsi dapat dibedakan menjadi 3, yaitu: 
  • Asusmsi konseptual, yaitu asusmsi yang berakar pada pengakuan akan kebenaran ats suatu konsep atau teori.
  • Asumsi situasional. Asumsi ini diperlukan apabila peneliti melihat atau mengantisipasi adanya situasi bersifat mempengaruhi berlakunya suatu hukum atau prinsip sehingga menggoyahkan rancangan penelitian. 
  • Asumsi pragmatig. Asumsi ini bertolak dari maslah-maslah operasional yang sebenarnya masih dalam jangkauan peneliti untuk mengendalikannya

Sumber Asumsi

Asumsi dapat diperoleh dari teori-teori yang sudah “mapan”. Mahasiswa harus sering mempelajari contoh asumsi dalam penelitian agar mampu menetapkan asumsi. Selain sumber dan menetapkan teori yang merupakan asumsi, menempatkan asumsisesuai dengan topic merupakan hal yang perlu diperhatikan. 

Merumuskan asumsi 
  1. Dengan banyak membaca buku, surat kabar,atau terbitan lain.
  2. Banyak mendengar berita, ceramah, dan pembicaraan orang lain.
  3. Banyak mengunjungi tempat penting. 
  4. Dengan mengadakan pendugaan abstraksi berdasarkan perbendaharaan pengetahuannya.
  5. Berlatih mengkaji teori.
Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Merumuskan Asumsi
Dalam merumuskan asumsi, peneliti harus memperhatikan hal-hal berikut: 
  1. Asumsi harus operasional dan merupakan dasar bagi pengkajian teoritis.
  2. Asumsi harus menyatakan keadaan sebenarnya, bukan seharusnya. 
  3. Peneliti mengenal betul asumsi yang dipakainya dalam menyusun kerangka berpikir. Jika menggunakan asumsi berbeda, maka berbeda pula teori yang dipakainya.
  4. Asumsi harus dinyatakan tersurat sebab asumsi sering menyesatkan dan menyebabkan interpretasi berbeda.