Menyusun Latar Belakang dan Perumusan Masalah Penelitian

Table of Contents

Latar Belakang Penelitian

Pada tahap awal suatu proposal atau laporan hasil penelitian, atau yang dikenal sebagai bab Pendahuluan, umumnya dicantumkan tiga hal utama (atau sub-­‐Bab), yakni: latar belakang, perumusan masalah penelitian, dan tujuan penelitian.

Di dalam latar belakang penelitian yang esensial dicantumkan adalah argumentasi tentang mengapa suatu topik penelitian dipilih. Argumentasi ini disusun dengan memperhatikan:
  • Mengungkapkan konteks masalah sosial dari topik yang dipilih. Topik yang diteliti sesuai dengan mandat keilmuan Program Studi KPM.
  • Mengungkapkan  bukti  atau  data,  konsep-­‐konsep,  dan  hubungan  antar variabel yang terkait dengan topik yang akan diteliti dengan merujuk pada  fakta-­‐fakta    yang  diperoleh  dari  pernyataan  pihak  otoritas,  dari observasi selintas, dan/atau dari bukti ilmiah berdasarkan literatur atau laporan penelitian terkait.

Cara termudah untuk mengekspresikan bagian ini adalah dengan mengkontradiksikan  atau  membanding  antara  kebijakan,  teori,  atau  konsep-­‐ konsep di satu pihak, dengan fenomena/masalah sosial yang real terjadi di lain pihak.



Pengertian Masalah Sosial

Apa yang dinamakan masalah? Kamus Umum Bahasa Indonesia (KUBI) tidak membedakan keterangan kata “masalah” dan “soal”. Untuk kedua kata itu tertulis penjelasan “sesuatu yang dicari pemecahannya”. Akan tetapi dalam keterangan  “soal”  ada  pula  tercantum  tentang  “soal-­‐jawab”,  tetapi  tidak  ada “masalah-­‐jawab”.
Dapat dikatakan bahwa perbedaan antara masalah dan soal adalah demikian:
“Masalah, sesuatu yang masih dicari jawaban/pemecahannya (lihat KUBI) dan tidak ada pihak yang tahu jawabannya (tidak ada “masalah-­‐jawab”). Soal, adalah sesuatu yang dicari pemecahan-­‐ nya, tetapi ada satu pihak yang tahu jawabannya” Misalnya adalah soal Ujian Nasional (UN). Guru tahu jawaban UN, sedangkan murid tidak mengetahui (soal-­‐jawab).  Mengirimkan soal-­‐soal UN dari Jakarta ke daerah menjelang akhir tahun ajaran, adalah masalah yang berat untuk dipecahkan. Masalah yang dijumpai adalah:
  • Bagaimana caranya menjaga supaya tidak ada kebocoran soal?
  • Bagaimana caranya untuk menjamin agar soal ujian tiba tepat waktu?

Dalam aspek sosial, permasalahan sosial adalah ketidaksesuaian antara kondisi sosial masyarakat dengan nilai-­‐nilai atau harapan masyarakat.

A social problem is a condition that at least some people in a community view as being undesirable. Untuk memperkaya wawasan anda carilah pengertian-­‐pengertian dan contoh masalah sosial di internet, seperti di (http://www2.maxwell.syr.edu/plegal/TIPS/select.html).

Sebagai contoh:
  • Masalah kemiskinan merupakan kondisi masyarakat yang tidak sesuai dengan nilai-­‐nilai/harapan mengenai kesejahteraan
  • Masalah korupsi tidak sesuai dengan nilai-­‐nilai tata kelola yang baik (good governance), kejujuran, integritas dan lain sebagainya.

Dengan demikian kita tahu, apa yang disebut masalah, yaitu “sesuatu yang perlu dipecahkan”. Akan tetapi dalam tulisan ilmiah, tidak jarang dijumpai peneliti mengkonstruksi permasalahan sosial sebagai berikut:

“Pada tulisan ini saya akan mencoba membahas masalah penduduk di Pulau Jawa” Oleh karena kita di Indonesia, maka kita sudah bisa “menerka” apa yang dimaksud oleh kata “masalah” pada contoh di atas. Akan tetapi, seandainya  yang tercantum itu bukan Pulau Jawa, melainkan Pulau Christmas, maka konstruksi kalimat permasalahan menjadi berbunyi:
“Pada tulisan ini saya akan mencoba membahas masalah penduduk di Pulau Christmas.”

Apakah dari kalimat tersebut jelas apa yang dipermasalahkan? Bagaimana pemecahan masalah penduduk? Dapat disimpulkan bahwa dengan hanya mencantumkan kata “masalah” pada suatu kalimat, tidak selalu telah mengungkapkan masalah.

Merumuskan Masalah (Research Questions)

Dalam proposal penelitian, mengenal dan merumuskan masalah dengan jelas adalah bagian terpenting dan termasuk yang paling menantang. Proposal penelitian yang masalahnya tidak jelas dirumuskan akan menghasilkan temuan penelitian yang kemungkinan tidak logis.

Dalam proposal penelitian merupakan suatu hal yang elementer bagi setiap peneliti untuk mengkonstruksikan perumusan masalah pada bagian akhir dari Bab Pendahuluan. Perumusan masalah umumnya diungkapkan dalam bentuk kalimat ,tanya.

Ada peneliti yang merumuskan pertanyaan dalam dua aras (level), yakni perumusan masalah yang bersifat umum (general research questions), dan perumusan masalah yang bersifat spesifik (specific research questions). Namun ada pula peneliti yang memformulasikan satu atau lebih perumusan masalah tanpa kategori umum dan spesifik. Dalam mata kuliah MPS anda didorong agar mampu untuk mengkonstruksikan perumusan masalah yang anda minati, tanpa terikat pada kategori umum dan spesifik. Lebih lanjut lihat pula kuliah MPS ke-­‐2 memaparkan tentang hal ini.

Satu hal lagi yang perlu diketahui adalah perumusan masalah atau pertanyaan penelitian harus disusun dengan efektif. Ciri-­‐ciri perumusan masalah yang efektif adalah:
  • Pertanyaan penelitian harus menarik (aktual, ada paradoks, dan sejauh mungkin diterapkan pendekatan yang berbeda);
  • Pertanyaan penelitian harus relevan dengan topik penelitian yang dikaji, dan  diperkuat  dengan  maksud  untuk  mengisi  potongan  teka-­‐teki  yang hilang, atau membuat hubungan antara fenomena sosial yang dikaji.
  • Pertanyaan penelitian harus diformulasikan dengan jelas. Buat pertanyaan yang “membumi” dan batasi variabel yang diteliti.
  • Pertanyaan yang diajukan harus membawa implikasi penelitian dapat dijalankan.

Contoh perumusan masalah yang memperhatikan aspek-­‐aspek di atas adalah,
  • Semisal topik proposal anda adalah “Intervensi Program Keluarga Berencana (KB)”.

Perumusan Masalah: mengapa dua desa dengan karakteristik sosial ekonomi yang relatif sama, dan menerima program KB dengan intensitas intervensi yang sama namun hanya satu desa yang berhasil menerapkan KB? Melihat situasi ini maka dipandang perlu dilakukan penelitian untuk menjawab pertanyaan dimaksud.

Bila perumusan masalah dinyatakan seperti di atas, maka ini berarti pada latar belakang penelitian (bagian awal Bab Pendahuluan) telah diungkapkan  fakta-­‐fakta,  konsep-­‐konsep,  dan  hubungan  antar  variabel yang terkait dengan topik Keluarga Berencana yang diteliti dengan merujuk pada data, literatur, laporan penelitian dan sebagainya. Cara termudah untuk mengekspresikan bagian ini adalah dengan mengkontradiksikan atau membanding antara kebijakan, teori, atau konsep-­‐konsep  terkait  KB  di  satu  pihak,  dengan  fenomena/masalah sosial yang real terjadi di pihak lain.

Semisal topik penelitian anda adalah: “Pendidikan Perempuan” Perumusan Masalah: mengapa tingkat pendidikan perempuan cenderung   lebih   rendah   dari   tingkat   pendidikan laki-­‐laki, padahal Undang-­‐Undang Pendidikan sudah menjamin bahwa semua warganegara berhak menerima pendidikan, dan semua fasilitas pendidikan terbuka untuk semua warganegara? Melihat situasi ini maka dipandang perlu dilakukan penelitian untuk menjawab pertanyaan dimaksud. 

Bila perumusan masalah dinyatakan seperti di atas, maka ini berarti pada latar belakang penelitian (bagian awal Bab Pendahuluan) telah diungkapkan  fakta-­‐fakta,  konsep-­‐konsep,  dan  hubungan  antar  variabel yang terkait dengan topik pendidikan perempuan yang diteliti dengan merujuk pada data, literatur, laporan penelitian dan sebagainya. Cara termudah untuk mengekspresikan bagian ini adalah dengan mengkontradiksikan atau membanding antara kebijakan, teori, atau konsep-­‐konsep  terkait  pendidikan  perempuan  di  satu  pihak,  dengan fenomena/masalah sosial yang real dihadapi kaum perempuan di pihak lain.