Tahukah Kamu Problematika Mahasiwa Tingkat Akhir?

Walaupun sudah menjadi mahasiswa tingkat akhir, tidak jarang problematika di bangku perkuliahan masih terasa. Bahkan ada beberapa mahasiswa yang merasakan, kian lama semakin banyak problematika yang dihadapi. Padahal dahulu, ketika menjadi seorang mahasiswa baru yang identik memiliki perasaan was-was, sudah banyak problematika dirasakannya. Walaupun memang yang namanya seorang mahasiswa baru, masih memiliki semangat yang membara untuk belajar, mengenal lingkungan kampus dan tentunya menjalani perkuliahan. Berbanding terbalik dengan mahasiswa tingkat akhir yang malah berasa terbebani dengan perkuliahan, ingin segera lulus. Segera meraih gelar sarjana.
 
 
Oleh sebab itu, sangat penting bagi kamu yang masih menjadi seorang mahasiswa tingkat menengah atau bahkan yang masih berada di semester satu, untuk mengetahui berbagai problematika yang telah dialami oleh mahasiswa tingkat akhir agar kamu lebih siap untuk menghadapinya. Kira-kira apa aja ya, problematika mahasiswa tingkat akhir yang perlu diketahui? Simak penjelasannya hingga selesai ya, agar tidak ada informasi yang terlewatkan!

1. Merasa asing apabila pergi ke kampus

Suasana pergi ke kampus sudah tidak menyenangkan seperti di awal semester. Mahasiswa yang dulunya sering berinteraksi dengan dosen, teman seangkatan, adik tingkat, bahkan satpam dan penjaga kantin sudah enggan untuk menyapa. Apalagi jilkalau mahasiswa tersebut, tertinggal dari teman seangkatannya yang sudah lulus duluan, hanya kamu dan segelintir mahasiswa yang senasib yang masih bertahan untuk tetap pergi ke kampus. Pasti kamu akan merasa ingin segera menyelesaikan urusan, dan segera pergi keluar bukan?

2. Mendapatkan tekanan dari banyak pihak

Salah satu hal yang paling dihindari oleh mahasiswa akhir adalah tidak lulus tepat waktu. Konsekuensinya mahasiswa tersebut akan tetap membayar uang semesteran kembali. Apabila selama dia berkuliah, dibayar oleh orang tua, tentu akan ada perasaan bersalah, tidak enak, perasaan menjadi beban keluarga karena harus menambah semester lagi. Dapat kita lihat bahwa sedikit sekali mahasiswa tingkat akhir yang dapat ditemui, yang sudah memiliki pekerjaan tetap.

Selanjutnya mahasiswa tersebut, tentunya akan mulai kurang percaya akan kualitas diri yang dimiliknya dan akibatnya malah membandingkan prosesnya dengan proses temannya. Hal ini dapat diperparah dengan lingkungan sekitar mahasiwa tersebut, yang selalu mempertanyakan kelulusannya, mendesaknya agar bisa segera menyelesaikan perkuliahan. Bagaimana kalau semisal kamu jadi mahasiswa tersebut, apakah kamu akan merasa tertekan?

3. Kesulitan dalam memilih topik skripsi

Problem yang satu ini sepertinya dialami oleh hampir seluruh mahasiswa tingkat akhir. Memasuki awal semester tujuh, mahasiswa akan disibukkan dengan draft topik penelitian tugas akhir yang wajib untuk segera diserahkan kebagian akademik. Tidak jarang, mahasiswa kesulitan dalam menentukan topik skripsi. Walaupun terlihat sederhana, tapi sebenernya menentukan topik skripsi cukup menguras tenaga, pikiran dan waktu. Hal ini dikarenakan, pemilihan topik skripsi adalah langkah awal dalam penelitian yang akan dikembangkan nantinya. Dan tidak sampai disitu, mendapatkan persetuajuan dari ketua jurusan bukanlah hal yang mudah. Terkadang perlu ganti judul skripsi berkali-kali, hingga akhirnya mendapatkan persetujuan. Kalo kamu, apakah sudah menentukan topik skripsi?

4.  Dosen pembimbing yang sulit dihubungi.

Sebagai mahasiswa yang sedang dalam proses pengerjaan skripsi, pastinya akan dituntut untuk dapat lebih proaktif dalam melakukan dialog dan diskusi bersama dosen pembimbing yang telah ditentukan sebelumnya. Namun terkadang, beberapa dosen pembimbing sangat sulit ditemui, walau mahasiswa tersebut telah membuat perjanjian untuk mengadakan pertemuan di kampus. Bahkan beberapa dosen pembimbing sangat slow respon dalam membalas pesan. 

Selain itu, di beberapa kampus terdapat kebijakan adanya dua dosen pembimbing untuk menemani mahasiswa dalam pengerjaan skripsi. Kebijakan ini terkadang, malah membuat mahasiswa semakin kesulitan dalam pengerjaan skirpsi. Hal ini dikarenakan, terkadang dosen pembimbing satu dan dosen pembimbing dua memberi saran dan masukan yang bertolak belakang, yang membuat mahasiswa menjadi kebingungan. Belum lagi, jika terdapat revisi yang tak kunjung henti, terus berulang. Pastinya akan menjadi tekanan tersendiri bagi mahasiswa tersebut. Di kampus kamu, apakah juga menggunakan kebijakan dua dosen pembimbing?

5. Kehilangan arah

Mahasiswa tingkat akhir pastinya tidak hanya memikirkan mengenai lulus kuliah saja, menyelesaikan skripsi lalu melakukan proses wisuda Tetapi lebih dari itu. Mahasiswa tingkat akhir akan memiliki banyak pikiran, mulai dari langkah selanjutnya setelah penyelesaian pendidikan, apakah mencari kerja terlebih dahulu atau melanjutkan pendidikan kembali? Apabila ingin kerja terlebih dahulu, pekerjaan seperti apa yang paling cocok untuk diambil? Bagaimana apabila keduanya tidak dapat tercapai, apakah menganggur terlebih dahulu dapat menjadi sebuah pilihan? Berbagai pertanyaan tersebut tentunya akan berkecamuk di benak mahasiswa, yang membuat mereka malah kehilangan arah, tidak fokus dalam pengerjaan skripsi yang sedang dikerjakan. 

Menurut kamu, dari lima problematika diatas, manakah yang paling sulit untuk diatasi? Sebagai seorang mahasiswa, problematika tersebut tentunya akan kamu temui, tidak dapat dihindari. Salah satu yang dapat kamu lakukan adalah melakukan persiapan yang matang, agar ketika masalah tersebut hadir, kamu dapat dengan mudah mengatasinya. Mungkin cukup sekian pembahasan kita kali, semoga tulisan ini bermanfaat untukmu ya. See u!

Penulis: M. Farhan Kisnanda – Universitas Dian Nusantara