Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Teknik Wawancara Dalam Penelitian

Wawancara merupakan salah satu teknik yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data penelitian. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa wawancara (interview) adalah suatu kejadian atau suatu proses interaksi antara pewawancara (interviewer) dan sumber informasi atau orang yang di wawancarai (interviewee) melalui komunikasi langsung (yusuf, 2014). Metode wawancara/interview juga merupakan proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara Tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan responden/ orang yang di wawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara. Dalam wawancara tersebut biasa dilakukan secara individu maupun dalam bentuk kelompok, sehingga di dapat data informatik yang orientik.



Wawancara bertujuan mencatat opini, perasaan, emosi, dan hal lain berkaitan dengan individu yang ada dalam organisasi. Dengan melakukan interview, peneliti dapat memperoleh data yang lebih banyak sehingga peneliti dapat memahami budaya melalui bahasa dan ekspresipi hak yang diinterview; dan dapat melakukan klarifikasi atas hal‐ hal yang tidak diketahui. Pertanyaan pertama yang perlu diperhatikan dalam interview adalah Siapa yang harus diinterview ? Untuk memperoleh data yang kredibel makain terview harus dilakukan dengan Know ledgeable Respondent yang mampu menceritakan dengan akurat fenomena yang diteliti. Isu yang kedua adalah Bagaimana membuat responden mau bekerjasama? Untuk merangsang pihak lain mau meluangkan waktu untuk diinterview, maka perilaku pewawancara dan responden harus selaras sesuai dengan perilaku yang diterima secara sosial sehingga ada kesan saling menghormati. Selain itu, interview harus dilakukan dalam waktu dan tempat yang sesuai sehingga dapat menciptakan rasa senang, santai dan bersahabat.

Kemudian, peneliti harus berbuat jujur dan mampu meyakinkan bahwa identitas responden tidak akan pernah diketahui pihak lain kecuali peneliti dan responden itu sendiri. Data yang diperoleh dari wawancara umumnya berbentuk pernyataan yang menggambarkan pengalaman, pengetahuan, opini dan perasaan pribadi. Untuk memperoleh data ini peneliti dapat menggunakan metode wawancara standar yangt erskedul (Schedule Standardised Interview), interview standart akterskedul (Non‐Schedule Standardised Interview) atau interview informal (Non Standardised Interview). Ketiga pendekatan tersebut dapat dilakukan dengan teknik sebagai berikut: a) Sebelum wawancara dimulai, perkenalkan diri dengan sopan untuk menciptakan hubungan baik b) Tunjukkan bahwa responden memiliki kesan bahwa dia orang yang “penting” c) Peroleh data sebanyak mungkin d) Jangan mengarahkan jawaban e) Ulangi pertanyaan jika perlu f) Klarifikasi jawaban g) Catat interview (Chairi, 2009).

Teknis pelaksanaan wawancara dapat dilakukan secara sistematis atau tidak sistematis. Yang dimaksud secara sistematis adalah wawancara dilakukan dengan terlebih dahulu peneliti menyusun instrument pedoman wawancara. Disebut tidak sistematis, maka peneliti meakukan wawancara secara langsung tanpa terlebuh dahulu menyusun instrument pedoman wawancara. Saat ini. dengan kemajuan teknologi informasi, wawancara bisa saja dilakukan tanpa tatap muka, yakni melalui media telekomunikasi. Pada hakikatnya wawancara merupakan kegiatan untuk memperoleh informasi secara mendalam tentang sebuah isu atau tema yang diangkat dalam penelitian. Atau merupakan proses pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang telah diperoleh lewat teknik yang lain sebelumnya. Dalam wawancara harus direkam, wawancara yang direkamakn memberikan nilai tambah. Karena, pembicaraan yang di rekam akan menjadi bukti otentik bila terjadi salah penafsiran.

Dan setelah itu data yang direkam selanjutnya ditulis kembali dan diringkas. Dan peneliti memberikan penafsiran atas data yang diperoleh lewat wawancara. Susunan wawancara itu dapat dimulai dengan sejarah kehidupan, tentang gambaran umum situasi pertisipan. Pertanyaan yang diajukan juga berupa hasil pengalaman. Dalam mengajukan pertanyaan, peneliti harus memberikan penekanan kepada arti dari pengalaman tersebut. Prinsip umum pertanyaan dalam wawancara adalah ; harus singkat, open ended, singular dan jelas. Peneliti harus menyadari istilah-istilah umum yang dimengerti partisipan. Dan sebaiknya wawancara tidak lebih dari 90 menit. Bila dibutuhkan, peneliti dapat meminta waktu lain untuk wawancara selanjutnya (Semiawan, 2010). Wawancara mendalam adalah  interaksi/pembicaraan yang terjadi antara satu orang pewawancara dengan satu orang informan (Manzilati, 2017).

Pada hakikatnya wawancara merupakan kegiatan untuk memperoleh informasi secara mendalam tentang sebuah isu atau tema yang diangkat dalam penelitian. Atau, merupakan proses pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang telah diperoleh lewat teknik yang lain sebelumnya. Karena merupakan proses pembuktian, maka bisa saja hasil wawancara sesuai atau berbeda dengan informasi yang telah diperoleh sebelumnya. Agar wawancara efektif, maka terdapat berapa tahapan yang harus dilalui, yakni ; 1). mengenalkan diri, 2). menjelaskan maksud kedatangan, 3). menjelaskan materi wawancara, dan 4). mengajukan pertanyaan (Yunus, 2010: 358).

Selain itu, agar informan dapat menyampaikan informasi yang komprehensif sebagaimana diharapkan peneliti, maka berdasarkan pengalaman wawancara yang penulis lakukan terdapat beberapa kiat sebagai berikut; 1). ciptakan suasana wawancara yang kondusif dan tidak tegang, 2). cari waktu dan tempat yang telah disepakati dengan informan, 3). mulai pertanyaan dari hal-hal sederhana hingga ke yang serius, 4). bersikap hormat dan ramah terhadap informan, 5). tidak menyangkal informasi yang diberikan informan, 6). tidak menanyakan hal-hal yang bersifat pribadi yang tidak ada hubungannya dengan masalah/tema penelitian, 7). tidak bersifat menggurui terhadap informan, 8). tidak menanyakan hal-hal yang membuat informan tersinggung atau marah, dan 9). sebaiknya dilakukan secara sendiri, 10) ucapkan terima kasih setelah wawancara selesai dan minta disediakan waktu lagi jika ada informasi yang belum lengkap.

Setidaknya, terdapat dua jenis wawancara, yakni: 1). wawancara mendalam (in-depth interview), di mana peneliti menggali informasi secara mendalam dengan cara terlibat langsung dengan kehidupan informan dan bertanya jawab secara bebas tanpa pedoman pertanyaan yang disiapkan sebelumnya sehingga suasananya hidup, dan dilakukan berkalikali; 2). wawancara terarah (guided interview) di mana peneliti menanyakan kepada informan hal-hal yang telah disiapkan sebelumnya. Berbeda dengan wawancara mendalam, wawancara terarah memiliki kelemahan, yakni suasana tidak hidup, karena peneliti terikat dengan pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya. Sering terjadi pewawancara atau peneliti lebih memperhatikan daftar pertanyaan yang diajukan daripada bertatap muka dengan informan, sehingga suasana terasa kaku.

Dalam praktik sering juga terjadi jawaban informan tidak jelas atau kurang memuaskan. Jika ini terjadi, maka peneliti bisa mengajukan pertanyaan lagi secara lebih spesifik. Selain kurang jelas, ditemui pula informan menjawab “tidak tahu”. Jika terjadi jawaban “tidak tahu”,  maka peneliti harus berhati-hati dan tidak lekas- lekas pindah ke pertanyaan lain. Sebab, makna “tidak tahu” mengandung beberapa arti, yaitu:


  1. informan memang tidak mengerti pertanyaan peneliti, sehingga untuk menghindari jawaban “tidak mengerti", dia menjawab “tidak tahu”.
  2. Informan sebenarnya sedang berpikir memberikan jawaban, tetapi karena suasana tidak nyaman dia menjawab “tidak tahu”.
  3. Pertanyaannya bersifat personal yang mengganggu privasi informan, sehingga jawaban “tidak tahu‟ dianggap lebih aman
  4. Informan memang betul-betul tidak tahu jawaban atas pertanyaan yang diajukan. Karena itu, jawaban “tidak tahu" merupakan jawaban sebagai data penelitian yang benar dan sungguh yang perlu dipertimbangkan oleh peneliti.

Adapun Dalam penelitian kualitatif dikenal berbagai model wawancara yakni sebagai
berikut :

Pertanyaan dalam wawancara mendalam pada umumnya disampaikan secara spontanitas.

Hubungan antara pewawancara dan yang di wawancarai adalah hubungan yang dibangun dalam suasana biasa, sehingga pembicaraan berlangsung sebagaimana percakapan seharihari, yang tidak formal. Tujuan utama wawancara mendalam adalah untuk dapat menyajikan kontruksi saat sekarang dalam suatu konteks mengenai para pribadi, pristiwa, aktivitas, perasaan, motivasi, tanggapan atau persepsi, tingkat dan bentuk keterlibatan dan sebagaimnya.

Wawancara dengan petunjuk umum.

Wawancara jenis ini, mengharuskan pewawancara menyusun kerangka atau garis besar pokok pembicaraan dalam bentuk petunjuk wawancara. Petunjuk umum berfungsi untuk menjaga agar pokok pembicaraan yang direncanakan dapat tercakup secara keseluruhan dan pembicaraan tidak keluar dari topic dan kerangka besar yang direncanakan.

Wawancara baku terbuka.

Wawancara terbuka merupakan wawancara menggunakan seperangkat pertanyaan baku, yaitu pertanyaan dengan kata-kata, urutan, dan cara penyajian yang sama untuk semua informan yang yang diwawancarai. Wawancara jenis ini perlu digunakan jika dipandang variasi pertanyaan akan menyulitkan peneliti karena jumlah informan yang perlu di wawancarai cukup banyak.

Wawancara terstruktur


Dalam wawancara terstruksur, pewawancara menetapkan sendiri masalah dan pertanyaanpertanyaan yang akan diajukan. Wawancara jenis ini bertujuan untuk mencari jawaban hipotesis. Wawancara terstruktur pada umumnya digunakan jika seluruh sampel penelitian dipandang memiliki kesempatan yang sama untuk menjawab pertanyaan yang diajukan. Keuntungan wawancara terstruktur ini adalah tidak dilakukan pendalaman pertanyaan yang memungkinkan adanya dusta bagi informan yang diwawancarai.


Wawancara tidak terstruktur

Hasil wawancara tidak terstruktur menekankan pada pengecualian, penyimpangan, penafsiran yang tidak lazim, penafsiran kembali, pendekatan baru, pandangan ahli, atau perspeksif tunggal. Perbedaan wawancara ini dengan wawancara terstruktur adalah dalam hal waktu bertanya dan memberikan respon yang lebih bebas. Dalam wawancara tidak terstrukutur pertanyaan tidak disusun terlebih dahulu, karena disesuaikan dengan keadaan dan cirri unik dari narasumber atau informan. Dalam wawancara tidak terstruktur peneliti perlu merencanakan segala sesuatu yang berkaitan dengan wawancara meliputi hal-hal berikut :

  • Menemukan siapa informan yang akan diwawancarai.
  • Menghubungi/ mengadakan kontak dengan informan untuk menginformasikan wawancara yang akan dilakukan. Melakukan persiapan yang matang untuk melakukan wawancara.

Bentuk pertanyaan dalam wawancara

Bentuk- bentuk pertanyaan dalam wawancara pada umumnya dapat di bedakan menjadi
enam macam, yaitu :

  • Pertanyaan yang berkaitan dengan pengalaman atau perilaku.
  • Pertanyaan yang berkaitan dengan pendapat atau nilai.
  • Pertanyaan yang berkaitan dengan perasaan.
  • Pertanyaan tentang pengetahuan
  • Pertanyaan berkenaan dengan apa yang dilihat, didengar, diraba, dirasa, dan dicium.
  • Pertanyaan yang berkaitan dengan latar belakang atau demografi.

Pedoman wawancara

Agar wawancara berjalan dengan efektif sesuai rencana yang disusun, maka peneliti perlu
menyusun pedoman wawancara sebagai pemandu jalannya wawancara. Manfaat dari
pedoman wawancara, antara lain, yaitu :

  • Proses wawancara berjalan sesuai rencana
  • Dapat menjaring jawaban dari informan sesuai yang dikehendaki peneliti
  • Memudahkan peneliti untuk mengelompokkan data yang di perlukan yang di peroleh dari hasil wawancara.
  • Peneliti lebih berkonsentrasi dalam menyampaikan pertanyaan- pertanyaan sesuai dengan focus kajian dalam penelitian.
  • Mengantisipasi adanya pertanyaan yang lupa/ terlewat di sampaikan.


Kelebihan dan kekurangan wawancara

Kelebihan teknik wawancara dalam pengumpulan data penelitian adalah sebagai berikut :

  • Memperoleh respon yang tinggi dari informan, jika di bandingkan dengan penggunaan kuesioner yang mungkin untuk tidak di kembalikan kepada peneliti.
  • Dapat memperjelas maksud pertanyaan, kerena langsung berhadapan dengan informan.
  • Dapat sekaligus melakukan observasi terhadap hal- hal yang di butuhkan.
  • Bersifat fleksibel, dapat mengulang pertanyaan untuk membuktikan jawaban.
  • Dapat menggali informasi yang bersifat non verbal.
  • Dapat menyampaikan pertanyaan secara spontanitas.
  • Dapat di pastikan untuk mendapatkan jawaban.
  • Dapat menyampaikan berbagai bentuk pertanyaan.
  • Mempermudah informan dalam memahami pertanyaan yang kompleks.

Adapun kelemahan dari teknik wawancara dibandingkan dengan teknik wawancara di
bandingkan dengan teknik yang lain dalam pengumpulan data penelitian antara lain adalah
sebagai berikut :

  • Memerlukan banyak waktu dan biaya
  • Faktor subjektivitas peneliti dalam menangkap makna melalui wawancara sangat tinggi.
  • Dalam kondisi tertentu, dapat membuat rasa tidak nyaman bagi yang di wawancarai.
  • Tidak terdapat standarisasi model pertanyaan.
  • Sulit menemukan informan yang bersedia di wawancarai.

Untuk mendapatkan data hasil wawancara yang valid sehingga dapat di gunakan sebagai dasar penarikan simpulan penelitian, maka peneliti perlu melakukan triangulasi. Manfaat triangulasi ini adalah : 1) untuk memperbaiki ketidaksempurnaan instrument; 2) meningkatkan kepercayaan hasil penelitian; 3) mengembangkan pertanyaan- pertanyaan lanjutan untuk menggali data dengan lebih mendalam (Nugrahani, 2014).